MENSYUKURI KEBAIKAN TUHAN
Mazmur 118 : 19 -29
Khotbah Minggu, 20 - 03 -2016 (Minggu, Sengsara Ke VII)
Mazmur 118 : 19
– 29 ini adalah Mazmur yang memberikan sebauh gambaran dengan pemazmur yang
memuji Tuhan karena kasih setia-Nya yang abadi bagi umat-Nya. Kata-kata ini
mungkin yang terakhir dinyanyikan Yesus dan para murid sebelum Ia pergi ke
Taman Getsemani di mana Ia ditangkap dan menuju kematian-Nya (bd. Mat 26:30; Mr 14:26). Nyanyian ini juga akan
dinyanyikan sebelum kedatangan Kristus kembali pada akhir zaman (bd. ayat Mazm 118:26 dengan Mat 23:39). Ketika membaca Mazmur ini,
renungkan apa yang kira-kira dipikirkan Kristus ketika Dia menyanyikan lagu ini
untuk terakhir kalinya.
1. Dia akan
di tangkap
2. disiksa
3. di
salibkan
MENSYUKURI kebaikan Tuhan
mesti selalu menjadi bagian dari hidup orang beriman. Memang, hal ini tidak
mudah. Orang selalu tergoda dan merasa bahwa
dirinyalah yang memiliki segala-galanya. Sehingga dia tidak sadar bahwa dirinya
memiliki keterbatasan. Namun hal ini biasanya baru dirasakan ketika ia
sedang dalam permasalahan yang berat, sehingga ketika mengalami jalan buntu dan
merasa tidak mampu dia akan berusaha mencari pertolongan kepada 'sesuatu yang
dianggap lebih besar dan lebih kuat daripada dirinya'. Itulah sebabnya
orang-orang di luar Tuhan berusaha
mencari pertolongan ke allah-allah lain: orang pintar atau dukun, tempat-tempat
keramat dan sebagainya untuk mendapatkan solusi bagi permasalahan yang
menimpanya, baik itu masalah ekonomi, sakit-penyakit, perjodohan, pekerjaan dan
lain-lain. Mereka terperangkap oleh jerat Iblis yang menawarkan
pertolongan instan, padahal ujungnya menuju kehancuran dan kebinasaan.
Segala cara ditempuh demi mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Ini bukan
saja terjadi dengan orang2 dunia tetapi juga terjadi pada diri kita sebagai
orang percaya yang mengaku dirinya Kristen.
Sebagai orang percaya se patutnyalah kita bersyukur karena kita memiliki Tuhan
Yesus yang bukan sekedar Allah, namun adalah Bapa dan Gembala yang baik, yang
dengan penuh kasih yang akan memenuhi
segala kebutuhan sekaligus mendidik kita agar kita terus bertumbuh dan memiliki
karakter seperti Dia. Tuhan adalah Jehovah, artinya Allah yang memenuhi
segala yang kita butuhkan. Di dalam Yesus tersedia segala berkat yang
kita perlukan. Tetapi seringkali kita selalu menterjemahkan 'berkat'
Tuhan itu berupa uang atau hal-hal yang bersifat materi semata. Akibatnya
ketika seseorang belum memiliki uang banyak atau harta yang melimpah ia akan
merasa bahwa dirinya belum diberkati Tuhan. Kita lupa bahwa tubuh yang
sehat, keluarga yang harmonis, anak-anak yang tumbuh sehat, bisnis yang lancar
dan sebagainya adalah berkat. Kita jarang menghargai apa yang kita miliki
saat ini.
Untuk itu, kita mesti mensyukuri kebaikan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Dengan bersyukur, kita akan menemukan bahwa hidup memiliki begitu banyak hal baik. Ada hamparan kebaikan dari Tuhan bagi manusia. Dengan bersyukur, kita menjadi orang yang rendah hati dan lemah lembut. Kita tidak menyombongkan diri. Hati kita tidak menjadi keras dan tertutup untuk kebaikan Tuhan.
Untuk itu, kita mesti mensyukuri kebaikan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Dengan bersyukur, kita akan menemukan bahwa hidup memiliki begitu banyak hal baik. Ada hamparan kebaikan dari Tuhan bagi manusia. Dengan bersyukur, kita menjadi orang yang rendah hati dan lemah lembut. Kita tidak menyombongkan diri. Hati kita tidak menjadi keras dan tertutup untuk kebaikan Tuhan.
Marilah kita belajar untuk menghargai berkat-berkat yang Tuhan limpahkan dalam
kehidupan kita bukan hanya materi, tapi juga berkat-berkat non materi yang kita
terima. Betapa banyak hal-hal baik yang Tuhan karuniakan dalam hidup kita
setiap hari. Uang dan materi hanyalah sebagian kecil dari berkat yang
kita terima. Berkat Tuhan itu menyeluruh dan sempurna, meliputi berkat
jasmani maupun berkat rohani.
Mengapa kita harus mensyukuru
kebaikan Tuhan:
1. karena Tuhan menjawab doa-doa
kita (ay.21)
2. hari yang di jadikan Tuhan kepada
Kita untuk memuji Tuhan (aya. 24)
·
Marilah merayakan hari raya untuk kehormatan Allah itu dengan sukacita
besar (ay. 24): Inilah hari yang dijadikan
Tuhan. Keseluruhan waktu zaman Injil, waktu perkenanan itu, hari
penyelamatan itu, itulah waktu yang dijadikan Tuhan. Itu adalah hari
perayaan yang terus berlanjut, hari yang harus dipelihara dengan sukacita. Akan
sangat tepat bila waktu itu dipahami sebagai Hari Sabat Kristiani, hari yang
kita kuduskan untuk memperingati kebangkitan Kristus, ketika batu yang ditolak
itu mulai ditinggikan. Dengan demikian,
·
(1) Inilah
pengajaran perihal Hari Sabat kristiani itu: Inilah hari yang dijadikan
Tuhan, yang dijadikan luar biasa, dijadikan kudus, dibedakan dari hari-hari
lain. Tuhan menjadikannya untuk manusia, karena itulah hari tersebut dinamakan
Hari Tuhan, karena hari itu menyandang gambaran dan semua tulisan berikut
penjelasan tentang diri-Nya.
·
(2)
Tugas-tugas yang harus kita kerjakan pada hari Sabat itu: Marilah kita
bersorak-sorak dan bersukacita karenanya, bukan hanya karena penetapan hari
itu, bahwa ada hari seperti itu yang ditetapkan Tuhan, tetapi kita bersukacita
di dalam peristiwa itu, yaitu mengingat Kristus menjadi batu penjuru.
Kita harus bersukacita bagi kehormatan-Nya dan bagi berkat-Nya untuk kita.
Hari-hari Sabat harus menjadi hari-hari untuk bersukacita, supaya dengan begitu
hari-hari Sabat itu boleh menjadi seperti hari-hari di dalam sorga bagi kita.
Lihatlah betapa baiknya majikan yang kita layani, yang sesudah menetapkan satu
hari untuk hari kebaktian-Nya, juga menetapkan untuk merayakannya dalam
sukacita yang kudus.
3. karena kita di berkati Tuhan (26
-27)
4. karena kita bisa memuji Tuhan
·
Ia sendiri hendak memuji Allah dan berusaha meninggikan Dia di dalam
hatinya dan di dalam hati orang-orang lain. Hal ini disebabkan oleh hubungan
kovenan dengan Allah dan kepentingannya di dalam Dia: “Allah-ku Engkau,
kepada-Mu aku bergantung dan kepada-Mu aku mengabdi. Engkau yang memiliki aku
dan yang kumiliki, karena itu aku hendak bersyukur kepada-Mu.”
· (2) Ia ingin
supaya semua orang di sekitarnya mengucap syukur kepada Allah atas kabar baik
tentang sukacita besar ini, karena ada seorang Penebus, yaitu Kristus Tuhan. Di
dalam Dia, Allah menyatakan kebaikan-Nya kepada manusia dan bahwa untuk
selama-lamanya kasih setia-Nya. Di dalam Dia, kovenan kasih karunia itu
dibuat, dan di dalam Dia kovenan itu menjadi kovenan yang pasti, digenapi, dan
kekal. Ia mengakhiri mazmur ini sebagaimana ia memulainya (ay. 1), karena
kemuliaan Allah haruslah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, dari semua
yang kita persembahkan kepada Dia. Dikuduskanlah nama-Mudan Engkaulah
yang empunya kemuliaan. Dan perkataan ini sungguh sesuai untuk mengakhiri
sebuah nubuat tentang Kristus. Malaikat-malaikat mengucap syukur atas penebusan
manusia. Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi(Luk.
2:14), karena
ada damai sejahtera di bumi. Dan ungkapan ini harus kita gemakan dengan
seruan hosana kita, seperti yang dilakukan oleh murid-murid Tuhan (Luk.
19:38). Damai sejahtera di sorga melalui Kristus, dan oleh karena itu
juga, kemuliaan di tempat yang mahatinggi.
Implikasi : Sangat mudah bagi
kita untuk mengeluh, mudah bagi kita untuk memandang masalah, tetapi seringkali
sulit bagi kita untuk menyadari segala kebaikan Tuhan yang telah Dia beri dalam
hidup kita. Apakah saat ini kita sedang
berbeban berat atau sedang dalam kondisi baik-baik saja, jangan lupakan
kebaikan Tuhan dan untuk itu tetaplah bersukacita. Mengeluh dan terus meratapi
masalah tidak akan membawa solusi apa-apa selain memperberat masalah dan
memperkeruh situasi. Sebaliknya hati yang bersukacita akan membawa segala
kebaikan Allah untuk turun atas kita. "Percayakan segalanya pada
Tuhan, dan bersukacitalah, maka Tuhan akan melepaskan kita. "dan
bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang
diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4). Tetaplah ingat kebaikan Tuhan,
dan Kirany kita
bisa belajar untuk menysukuri kebaikan Tuha menghargai berkat2 Tuhan yang
melimpah dalam hidup kita. Amin..
Pdt. Mars Filson Habel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar